ASKEP
NYERI PUNGGUNG BAWAH
I.
Konsep
Medis
A.
Definisi
Nyeri
Punggung Bawah (Low Back Pain) dipersepsikan ketidaknyamanan berhubungan dengan lumbal
atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987
).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat
menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi
(Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari
nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
(Brunner,1999).
Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral
atau daerah sacroiliaca (L4-L5dan L5-S1),
biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan musulo (Prisilia
Lemone,1996).
Gambar 2.1 nyeri punggung bawah
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai
masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan
ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah
pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang (Lucman and
Sorensen’s 1993).
Low back pain (LBP) atau nyeri
punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal,
linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP diklasifikasikan kedalam 2
kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk dalam
faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks
massa tubuh yang meliputi berat badan, tinggi badan, pekerjaan, dan aktivitas / olahraga. (Idyan, Zamna., 2007)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya
disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan
degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral
pada tulang belakang.
B.
Klasifikasi
Low Back Pain
menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan
tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal
nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3
bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis
dan tumor.
Disamping hal
tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat
dikaitkan LBP. Klasifikasi
tersebut adalah :
1.
Trauma
a. Trauma primer
seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
b. Trauma sekunder
seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal,
spondilitis,osteoartritis.
2. Infeksi
Nyeri pinggang akibat inflamasi
terbagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah pada artritis rematoid, yang
sering timbul sebagai penyakit akut. Persendian keempat anggota gerak dapat
terkena secara serentak atau dengan selisih beberapa hari/minggu. Yang kedua
adalah pada spondilitis angkilopoetika. Keluhan yang paling dini dihadapi oleh
penderita ialah sakit punggung dan sakit pinggang. Sifatnya ialah pegal-kaku dan
pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.
3. Neoplasma
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang primer
seperti mieloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.
4. Degenerasi
Perubahan degeneratif pada
vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan
prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas
tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses degneratif ini dikenal sebagai
osteoartrosis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif
dapat juga mengenai anulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila pada
suatu saat terobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang
akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain
yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago artikularisnya, yang
dikenal sebagai osteoartritis.
5.
Kongenital
Anomali
kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebrae lumbosakralis
terlampau sering dianggap sebagai kelainan yang mendasari sakit pinggang. Spina bifida
okultra sering ditemukan pada foto rontgen polos para penderita yang berkunjung
ke dokter bukan karena sakit pinggang, melainkan, misalnya, keluhan urogenital
atau gastrointestinal. Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae
lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu
adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.
C.
Etiologi
1.
Perubahan postur tubuh biasanya karena
trauma primer dan sekunder.
·
Trauma primer seperti : Trauma secara
spontan, contohnya kecelakaan.
· Trauma sekunder seperti : Adanya
penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal,
spondilitis,osteoartritis.
Gambar 2.2 HNP
2. Ketidak
stabilan ligamen lumbosacral dan
kelemahan otot.
3. Prosedur
degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Kegemukan.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Gaya berjalan.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Kegemukan.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Gaya berjalan.
10. Merokok.
11. Duduk terlalu lama.
12. Kurang latihan (oleh raga).
13. Depresi /stress.
14. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
11. Duduk terlalu lama.
12. Kurang latihan (oleh raga).
13. Depresi /stress.
14. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
D. Patifisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam
mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi
dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari
komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor
nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli
serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi
yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang
dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal
ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat
satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung
ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat
ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan
diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut
E.
Menifestasi
klinis
a. Perubahan dalam gaya berjalan.
·
Berjalan
terasa kaku.
·
Tidak
bisa memutar punggung.
·
Pincang.
b. Persyarafan
·Ketika dites dengan cahaya dan
sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi
mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
·Tidak terkontrol Bab dan Bak.
c.
Nyeri.
·
Nyeri
punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
·
Nyeri
saat berjalan dengan menggunakan tumit.
·
Nyeri
otot dalam.
·
Nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki.
·
Nyeri
panas pada paha bagian belakang atau betis.
·
Nyeri
pada pertengahan bokong.
·
Nyeri
berat pada kaki semakin meningkat.
Pasien biasanya mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri,
sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi
cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,
kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan
yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan
nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan
mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan
telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh
spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat
ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri.
Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental
atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa
pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan
keluarga, variable lingkungan dan situasi kerj
F.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik :
1. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk
ruang periksa, juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret,
kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah
perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan
psikiatrik).
2. Inspeksi :
untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
3. Nyeri yang
timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan
sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)
4. Palpasi :
apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping
tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
5. Perkusi
: perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
Pemeriksaan neurology pada tungkai :
1.
Sensibilitas (dermatome), motorik
(kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
2.
Test provokasi (sensorik)
a.
Laseque
b. Kering
c. Bragard dan
sicard
d. Patrick
(lesi coxae)
e. Kontra
Patrik (Lesi Sakroiliakal)
3.
Adakah gangguan miksi dan defekasi
4.
Adakah tanda-tanda lesi upper motor
neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN)
G.
Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin
penting untuk melihat laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan
hitung jenis, dan fungsi ginjal.
1.
Plain
X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri pinggang bawah. Foto X-ray dilakukan pada
posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2.
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal
cord dan kanalis spinalis. Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu
cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray.
Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
3.
Computed Tomografi Scan (CT-scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang
lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian
sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus
intervertebralis, nervus, dan jaringan lainnya pada punggung.
4.
Electro Miography (EMG)/Nerve
Conduction Study (NCS)
EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang
digunakan untuk pemeriksaan saraf wpada
lengan dan kaki.
EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang :
1)
Adanya kerusakan pada saraf
2)
Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
3)
Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis
atau distal)
4)
Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5)
Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
H.
Penatalaksanaan
Kebanyakan
nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah
baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur
dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien
dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi
tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30
derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu
dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala.
Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang
pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi.
Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi
perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan
panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan
trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak
dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena
ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang
ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan
mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan
untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk
membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi
nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah
timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
Penatalaksanaan
yang terbaik adalah menghilangkan penyebabnya (kausal), walaupun bagi pasien
yang terpenting adalah menghilangkan rasa sakitnya (simptomatis). Jadi kita
menggunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Untuk mencari
penyebab yang tepat disamping pemeriksaan foto rontgen poros tulang belakang,
kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus misalnya Scanning, MRI, dll.
Pada LBP karena
tegang otot dapat dipergunakan SIRDALUD (Tizanidine) yang berfungsi untuk
mengendorkan kontraksi otot tersebut (muscle relaxan). Untuk pengobatan
simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat
analgesic, anti inflamasi, NSAID, penenang, dll. Apabila dengan pengobatan
biasa tidak berhasil mungkin fisioterapi (rehabilitasi) dengan alat-alat khusus
maupun dengan traksi (tulang belakang ditarik). Tindakan operasi mungkin
diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya
pada HNP atau pada pengapuran yang berat. Jadi penatalaksanaan LBP ini memang
cukup kompleks. Disamping berobat pada Neurolog (spesialis Penyakit Saraf),
mungkin juga diperlukan untuk berobat ke internist. Bedah Saraf, Bedah
Orthopedi bahkan mungkin perlu konsultasi pada Psikiater atau Psikolog.
II.
Asuhan
Keperawatan
A.
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama :keluhan yang dirasakan klien.
b. Riwayat penyakit sekarang : keluhan
yang dirasakan saat ini. Apakah pasien mengalami nyeri, bengkak,kekakuan sendi
atau keluhan yang lain.dengan cara menggunakan pola PQRST.
c. Riwayat penyakit dahulu : riwayat
yang dirasakan klien waktu dulu.
d. Riwayat penyakit keluarga : riwayat
penyakit yang ada pada keluarga klien
e. Apakah pekerjaan pasien merupakan
pekerjaan berat berkaitan dengan angkat mengangkat barang.
f. Apakah pasien merasa kaku/nyeri pada
persendiaanya.
2. Pengkajian pola fungsional
a.
Aktivitas
dan istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda
berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena,
gangguan dalam berjalan.
b.
Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c.
Integritas
Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,financial,keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,financial,keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d.
Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f.
Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g.
Penyuluhan
dan pembelajaran
Gejala :
Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk
menjelaskan ketidaknyamanannya (misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran
dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri
timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah
digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi
mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area
untuk pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat
melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan.
Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan
kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan
nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan nyeri
punggung bawah.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,
spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
3. Risiko
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek-efek iritan mekanika atau
tekanan sekunder terhadap tirah baring
4. Gangguan nutrisi : lebih dari
kebutuhan tubuh b. d obesitas.
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||
1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal
|
a. Kaji
jenis dan tingkat nyeri pasien
b.
Minta pasien untuk menggunakan skala nyeri 1-10
c.
Kolaborasi dalam pemberian obat untuk mengurangi
nyeri
|
a.
Membantu meyakinkan bahwa penanganan dapat
memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri
b.
Memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang
tingkat nyeri pasien
c.
Mengurangi nyeri
|
|||||
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,
spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
|
a.
Posisikn pasien untuk mempertahankan sikaptubuh
yang tepat.
b.
Ubah dan atur posisi pasien minimal setiap 2 jam.
c.
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai toleransi.
d.
Jelaskan alasan mempertahankan atau meningkatkan
aktivitas.
|
a. Mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah deformitas muskuloskletal.
b. Perubahan
posisi dapat membantu mencegah kerusakan kulit dengan mengurangi penekanan.
c. Menumbuhkan
kemandirian dan meningkatkan mobilitas.
d. Pendidikan
dapat membantu pasien dalam menghindari intoleransi aktivitas.
|
|||||
3. Risiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek-efek
iritan mekanika atau tekanan sekunder terhadap tirah baring
|
a. Dorong kepatuhan pasien untuk melakukan latihan
rentan pergerakan sendi atau regimen latihan fisik yang dapat ditoleransinya.
b.
Ajarkan kepada pasien tentang factor resiko dan
pencegahan cedera.
c.
Pertahankan hidrasi yang adekuat, pantau dan
asupan dan haluaran.
d.
Ajarkan latihan relaksasi dan teknik penrunan
stress.
|
a. Meningkatkan
sirkulasi rteri dan aliran blik vena melalui peningkatan kontraksi relaksasi
otot.
b. Pendidikan
kesehatan tentang fktor yang mempengaruhi penyakit vascular perifer dan
pencegahan kerusakan jaringan dapat mencegah komplikasi
c. Hidrasi
yang adekuat menurunkan fiskositas darah dan menurunkan resiko pembentukan
bantuan.
d. Membantu
mencegah terjadinya episode.
|
|||||
4. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b.d
obesitas.
|
a.
Timbang berat badan setiap minggu atau sesuai
anjuran.
b.
Lakukan kerjasama dengan pasien untuk menentukan
suatu target berat badan yang realistis.
c.
Pantau asupan dan haluan cairan dan kaji adanya
edema.
d.
Anjurkan mengkonsumsi makanan mengandung lemah
kalori dan lemak dan tinggi kompleks karbohidrat dan serat
e.
Tentukan makanan kesukaan psien
|
a. Memantau
keefektifan diet
b. Keterlibatan
dalam perencanaan asuhan keperawatan
c. Retensi
cairan dapat meningkatkan berat badan.
d. Membantu
pasien merencanakan makanan yang bergizi dan seimbang.
e. Mengevaluasi
kebiasaan makannya dan memasukkan makanan kesukaannya ke dalam diet.
|
|||||
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP
; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP
; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta, 2003.
Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed.
McGraw Hill co. New York. 2005: 194-212.
Suryamiharja A, Meliala L. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Edisi
Kedua. Medikagama Press. Yogyakarta, 2000.
Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain.
Available from: URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis%20Management%20of%20Acute%20Low%20Back%20Pain.htm.
Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic
low back pain. Lancet 1999; 354:581-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar