ASKEP AMPUTASI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Amputasi
adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota gerak
yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan
kanker (PSIK FKUI,1996).
Amputasi
adalah pengangkatan melalui bedah /traumatik pada tungkai (Doenges,2000). Dalam
kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan
suatu anggota badan.
Dengan
melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi dalah
pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota
garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.
2. Klasifikasi
- Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi
yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
- Amputasi tertutup.
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang
lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat
dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang
3. Etiologi
a.
Kehancuran jaringan kulit yang
tidak mungkin diperbaiki.
b.
Gangguan
vaskuler/sirkulasi yang berat.
c.
Infeksi
yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
d.
Adanya
tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
e.
Deformitas organ.
4. Faktor Yang Mempengaruhi
Pasien yang memerlukan amputasi
biasanya muda dengan trauma ekstremitas berat atau manula dengan penyakit
vascular perifer. Orang muda umumnya sehat, sembuh dengan cepat, dan
berpartisipasi dalam program rehabilitasi segera. Karena amputasi sering
merupakan akibat dari cedera, pasien memerlukan lebih banyak dukungan
psikologis untuk menerima perubahan mendadak citra diri dam menerima stres
akiibat hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang, dan penyesuaian gaya hidup.
Pasien ini memerlukan waktu untuk mengatasi perasaan mereka mengenai kehilangan
permanen mereka tadi. Reaksi mereka susah diduga dan dapat berupa kesedihan
terbuka dan bermusuhan.
Sebaliknya, lansia dengan penyakit
vaskuler perifer sering mengidap masalah kesehatan lain, termasuk diabetes
mellitus dan arteriosklerosis. Amputasi terapeutik untuk kondisi yang sudah
berlangsung lama dapat membebaskan pasien dari nyeri, disabilitas dan
ketergantungan. Pasien ini biasanya sudah siap mengatasi perasaannya dan siap
menerima amputasi. Perncanaan untuk rehabilitasi psikologik dan fisiologik dimulai sebelum amputasi
dilaksanakan. Namun, kelainan kardioveskuler, respirasi, atau neurologic
mungkin dapat membatasi kemajuan rehabilitasi.
5. Manifestasi Klinik
Ø Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas
atau bawah)
Ø Nyeri pada bagian yang diamputasi yang
berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat dengan permukaan.
Ø Edema yang apabila tidak ditangani
menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis.
Ø Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan
kista (epidermal atau aterom)
Ø Busitis (terbentuk bursa tekanan antara
penonjolan tulang dan kulit)
Ø Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi
folikulitis dan furunkulitis.
Ø Sedih dan harga diri rendah (self esteem)
dan diikuti proses kehilangan (grieving process).
6. Pemeriksaan Penunjang
Ø Foto rontgen untuk mengidentifikasi
abnormalitas tulang
Ø CT Scan untuk mengidentifikasi lesi
neoplastik, osteomielitis, dan pembentukan hematoma.
Ø Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk
mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan
potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.
Ø Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan
untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
Ø Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada
area perfusi paling besar dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
Ø Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada
tungkai iskemik di dua sisi dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan
yang rendah antara dua pembacaan, makin besar untuk sembuh.
Ø Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah
terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
Ø LED, peningkatan mengidentifikasikan respon
inflamasi.
Ø Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya
infeksi dan organisme penyebab.
Ø Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
Ø Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian
dan pergeseran ke kiri diduga proses infeksi.
7. Penatalaksanaan
Tujuan
utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang
sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena
nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat
dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan
edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik
aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
8. Komplikasi
Komplikasi
amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan dapat
terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi
dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau
adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka
yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
B. Konsep Keperawatan
11. PENGKAJIAN
Aktivitas/Istirahat
Gejala:
keterbatasan/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi
Integritas
Ego:
Gejala:
masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi
orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda:
ansietas, ketakutan, sensitive, marah, mengiri, keceriaan semu.
Seksualitas:
Gejala:
masalah tentang keintiman hubungan dengan pasangan.
Interaksi
social:
Gejala:
- masalah sehubungan dengan penyakit.
- Masalah tentang
peran-fungsi , reaksi orang lain, gangguan konsep diri.
22. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan amputasi, yaitu sebagai
berikut:
1) Nyeri
(akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
2) Gangguan integritas kulit berhubungan laserasi.
3) Gangguan
harga diri/citra diri, penampilan peran berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh.
4) Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
5)
Resti infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan primer
33. INTERVENSI/ RASIONAL
Dx
1: Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mandiri
Catat lokasi,
frekuensi, dan intensitas nyeri (skala
0 – 10). Amati perubahan karakteristik nyeri, misal kebas, kesemutan.
Tinggikan bagian
yang sakit dengan meninggikan tempat tidur atau menggunakan bantal/guling
sebagai penyangga.
Tingkatkan
kenyamanan klien (missal merubah posisi sesering mungkin, pijatan punggung).
Dorong
penggunaan teknik manajemen stress (missal nafas dalam, visualisasi).
Berikan pijatan
lembut pada sisa tungkai (puntung) sesuai toleransi bila balutan telah
dilepas.
Amati keluhan
nyeri yang tidak hilang dengan analgesic.
Kolaborasi
Berikan obat
sesuai indikasi, misal analgesic, relaksan otot. Berikan pemanasan local
sesuai indikasi.
|
Membantu dalam
evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi, misal nekrosis/infeksi.
Mengurangi
terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, mengurangi
klelelahan otot dan tekanan pada kulit/jaringan.
Menguhubungkan
kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping, dan
dapat menurunkan terjadinya nyeri.
Meningkatkan
sirkulasi, mengurangi ketegangan otot
Dapat
mengindikasikan syndrome compartement, khususnya cedera traumatic.
Mengurangi
nyeri/spasme otot.
Mungkin
diperlukan untuk meningkatkan relaksasi otot, dan membantu perbaikan edema.
|
Dx
2: Gangguan integritas kulit
berhubungan laserasi.
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Kaji tanda-tanda gangguan integritas kulit:
turgor, keutuhan kulit.
Lakukan perawatan tungkai sisa amputasi dengan
lembut karena kulit mudah iritasi, terutama pada pasien DM.
Ganti balutan luka insisi dengan tehnik aseptik
untuk mencegah infeksi dan kemungkinan osteomielitis.
Pasang balutan kompresi (perban elastik) pada
sisa tungkai untuk mencegah edema yang memperbaiki peredaran darah.
Ubah posisi klien setiap 2 jam untuk mencegah
terjadinya penekanan pada daerah tertentu yang dapat mempercepat iritasi
kulit.
Jika luka insisi telah sembuh, ajarkan pasien
perawatan tungkai sisa.
|
Dapat membantu menentukan intervensi yang akan
dilakukan.
Perawatan tungkai sisa yang baik dapat
mempercepat kesembuhan.
Perawatan dengan tejnik aseptik dapat
mengurangi resiko terjadinya infeksi.
Mengurangi edema dan memperbaiki sirkulasi
darah pada sisa tungkai.
Penekanan pada daerah tertentu dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Memudahkan pasien melakukan perawatan secara
mandiri.
|
Dx 3: Gangguan harga diri/citra diri, penampilan
peran berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Mandiri
pertimbangkan persiapan klien dan pandangannya
terhadap amputasi.
Dorong klien mengekspresikan, perasaan negatif,
dan kehilangan bagian tubuh.
Beri penguatan informasi pascaoperasi termasuk
tipe/lokasi amputasi, harapan setelah operasi, tindakan setelah operasi
termasuk control nyeri dan rehabilitasi.
Kaji system pendukung (support
system) dukungan orang lain yang ada untuk klien.
Diskusikan presepsi klien tentang
diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana klien melihat dirinya
dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
Dorong partisipasi klien dalam
aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/ merawat sissa
tungkai (punting), dan menunjukkan tanda positif penyembuhan.
Dorong/ berikan kunjungan oleh orang
yang telah diamputasi, khususnya yang telah berhasil dalam rehabilitasi.
Berikan lingkungan yang terbuka pada
klien untuk mendiskusikan masalah tentang seksuslitas.
Perhatikan perilaku menarik diri,
membicarakan hal negative dari diri, menyangkal atau terus menerus melihat
perubahan nyata (amputasi).
Kolaborasi
Diskusikan tersedianya berbagai
sumber misalnya konseling psikiatrik/seksual dan terapi kejujuran.
|
Klien yang memandang amputasi sebagai
rekonstruksi hidup akan menerima diri yang baru dengan cepat. Klien dengan
amputasi traumatik mempertimbangkan amputasi sebagai kegagalan dan berada
pada resiko tinggi gangguan konsep diri.
Ekspresi perasaan membantu klien mulai menerima
kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.
Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan
mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan
fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.
Dukungan yang cukup dari orang yang terdekat
dan teman dapat membantu proses rehabilitasi.
Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan
pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. Sebagai contoh takut
kehilangan kemandirian, kemempuan bekerja dan sebagainya.
Meningkatkan kemandirian dan perasaan
harga diri. Meskipun penyatuan sisa tungkai dalam gambaran diri dapat
memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan betahun-tahun. Melihat sisa tungkai
dan mendengar pernyataan positif dapat membantu klien dalam penerimaan.
Teman senasib yang telah mengalami hal yang
sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan,
juga harapan untuk pemulihan dan masa depan normal.
Meningkatkan pernyataan keyakinan/ nilai
tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/ mitos yang dapat memengaruhi penilaian situasi.
Mengidentifikasi tahap berduka/ kebutuhan untuk
intervensi.
Membantu adaptasi lanjut yang optimal
dan rehabilitasi.
|
Dx 4: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan
ekstremitas.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Mandiri
Berikan perawatan puntung secara
teratur, misal inspeksi area, bersihkan dan keringkan dan tutup kembali
puntung dengan balutan elestis.
Segera tinggikan gips, bila gips berubah
posisi.
Bantu latihan rentang gerak khususnya
area yang sakit dan mulai sedini mungkin pascaoperasi.
Dorong latihan aktif/isometric untuk
paha atas dan lengan.
Berikan gulungan pada paha sesuai indikasi.
Anjurkan klien untuk berbaring posisi
tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari dengan bantal dibawah
abdomen dan puntung ekstremitas.
Waspadai tekanan bantal dibawah
ekstremitas terhadap puntung untuk menggantung secara dependen disamping
tempat tidur atau kursi.
Tunjukkan/bantu ambulasi dan penggunaan alat
mobilitas, misalnya kruk atau walker.
Bantu dengan ambulasi.
Bantu klien melanjutkan latihan otot preoperasi
sesuai kemampuan .
Kolaborasi
Rujuk ketim rehabilitasi, misalnya ahli terapi
fisik/fisioterapi.
Berikan tempat tidur busa.
|
Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi
penyembuhan dan komplikasi. Penutupan puntung mengontrol edema dan membantu
pembentukan puntung.
Edema terjadi dengan cepat dan rehabilitasi
dapat terhambat.
Mencegah kontraktur, perubahan bentuk yang
dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat penggunaan protese.
Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu
pemindahan/ambulasi.
Mencegah rotasi ekstrenal puntung tungkai.
Menguatkan otot ekstensor dan mencegah
kontraktur fleksi pada panggul.
Pengguanaan bantal dapat menyebabkan kontraktur
fleksi permanen pada panggul dan posisi dependen puntung mengganggu aliran
vena dan dapat meningkatkan pembentukan edema.
Membantu perawatan diri dan kemandirian klien. Teknik
pemindahan atau ambulasi yang dapat mencegah cedera abrasi.
Menurunkan
resiko cedera. Ambulasi setelah amputasi tungkai bawah bergantung pada waktu
pemasangan protese.
Membantu meningkatkan perbaikan rasa
keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian tubuh.
Memberikan bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dan kekuatan individu serta mengidentifikasi mobilitas fungsional, membantu
meningkatkan kemandirian.
Menurunkan tekanan pada kulit/jaringan yang dapat mengganggu sirkulasi,
resiko iskemia/kerusakan jaringan.
|
Dx 5: Resti infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatic).
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Mandiri
Pertahankan teknik antiseptic bila
mengganti balutan/merawat luka.
Inspeksi balutan dan luka, perhatian
karakteristik drainase.
Pertahankan patensi dan pengosongan
alat drainase secara rutin.
Tutup balutan dengan plastic bila
klien menggunakan pispot atau bila terjadi inkontinensia.
Buka puntung terhadap udara,
pencucian dengan sabun ringan dan air setelah pembalutan bila ada indikasi.
Awasi tanda vital.
Kolaborasi
Kultur luka/drainase dengan tepat.
Berikan antibiotic sesuai indikasi.
|
Meminimal kesempatan introduksi
bakteri.
Deteksi dini terjadinya infeksi
memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi
lebih serius (missal osteomielitis).
Hemovac, drain Jackson-Pratt membantu
membuang drainase, meningkatkan penyembuhan luka dan mengurangi resiko
infeksi.
Mencegah kontaminasi pada amputasi
tungkai.
Mempertahankan kebersihan,
meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan kulit yang
lunak/kulit rapuh.
Peningkatan suhu dan takikardi dapat
menunjukkan terjadinya sepsis.
Mengidentifikasi adanya
infeksi/organisme khusus.
Antibiotic spectrum luas dapat
digunakan secara profilaksis atau terapi antibiotic mungkin disesuaikan
terhadap organisme penyebab.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth, keperawatan medikal
bedah,(2002),ed 8 vol.3 EGC. Jakarta
Suratun,
dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008. EGC.
Jakarta.
1xBet korean - Legalbet
BalasHapus1xbet 제왕카지노 korean Sports 1xbet Betting Odds 메리트 카지노 쿠폰 and Live Streaming Information and Bet on Horse Racing and European Football Betting.