Pages

Rabu, 06 Februari 2013


ASKEP AMPUTASI

A.    Konsep Medis
1.      Definisi
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,1996).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah /traumatik pada tungkai (Doenges,2000). Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota badan.
Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi dalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh  atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.

2.      Klasifikasi
  1. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
  1. Amputasi tertutup.
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang

3.      Etiologi
a.             Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
b.            Gangguan vaskuler/sirkulasi yang berat.
c.             Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
d.            Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
e.             Deformitas organ.

4.      Faktor Yang Mempengaruhi
Pasien yang memerlukan amputasi biasanya muda dengan trauma ekstremitas berat atau manula dengan penyakit vascular perifer. Orang muda umumnya sehat, sembuh dengan cepat, dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi segera. Karena amputasi sering merupakan akibat dari cedera, pasien memerlukan lebih banyak dukungan psikologis untuk menerima perubahan mendadak citra diri dam menerima stres akiibat hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang, dan penyesuaian gaya hidup. Pasien ini memerlukan waktu untuk mengatasi perasaan mereka mengenai kehilangan permanen mereka tadi. Reaksi mereka susah diduga dan dapat berupa kesedihan terbuka dan bermusuhan.
Sebaliknya, lansia dengan penyakit vaskuler perifer sering mengidap masalah kesehatan lain, termasuk diabetes mellitus dan arteriosklerosis. Amputasi terapeutik untuk kondisi yang sudah berlangsung lama dapat membebaskan pasien dari nyeri, disabilitas dan ketergantungan. Pasien ini biasanya sudah siap mengatasi perasaannya dan siap menerima amputasi. Perncanaan untuk rehabilitasi psikologik dan  fisiologik dimulai sebelum amputasi dilaksanakan. Namun, kelainan kardioveskuler, respirasi, atau neurologic mungkin dapat membatasi kemajuan rehabilitasi.

5.      Manifestasi Klinik
Ø  Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
Ø Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat dengan permukaan.
Ø  Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis.
Ø  Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
Ø  Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
Ø  Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
Ø  Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan (grieving process).

6.      Pemeriksaan Penunjang
Ø   Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
Ø   CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan pembentukan hematoma.
Ø   Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.
Ø  Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
Ø   Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi paling besar dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
Ø   Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin besar untuk sembuh.
Ø Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
Ø   LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.
Ø   Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
Ø   Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
Ø   Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian dan pergeseran ke kiri diduga proses infeksi.

7.      Penatalaksanaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan  menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.

8.      Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.

B.     Konsep Keperawatan
11.      PENGKAJIAN
Aktivitas/Istirahat
Gejala: keterbatasan/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi
Integritas Ego:
Gejala: masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda: ansietas, ketakutan, sensitive, marah, mengiri, keceriaan semu.
Seksualitas:
Gejala: masalah tentang keintiman hubungan dengan pasangan.
Interaksi social:
Gejala: - masalah sehubungan dengan penyakit.
- Masalah tentang peran-fungsi , reaksi orang lain, gangguan konsep diri.

22.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan amputasi, yaitu sebagai berikut:
1)      Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
2)      Gangguan integritas kulit berhubungan laserasi.
3)      Gangguan harga diri/citra diri, penampilan peran berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.
4)      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
5)      Resti infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

33.      INTERVENSI/ RASIONAL
Dx 1: Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
No
Intervensi
Rasional

1.





2.




3.




4.


5.



6.


7.
Mandiri
Catat lokasi, frekuensi, dan intensitas nyeri (skala  0 – 10). Amati perubahan karakteristik nyeri, misal kebas, kesemutan.


Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan tempat tidur atau menggunakan bantal/guling sebagai penyangga.
 Tingkatkan kenyamanan klien (missal merubah posisi sesering mungkin, pijatan punggung).

Dorong penggunaan teknik manajemen stress (missal nafas dalam, visualisasi).
Berikan pijatan lembut pada sisa tungkai (puntung) sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.
Amati keluhan nyeri yang tidak hilang dengan analgesic.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, misal analgesic, relaksan otot. Berikan pemanasan local sesuai indikasi.

Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi, misal nekrosis/infeksi.
Mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, mengurangi klelelahan otot dan tekanan pada kulit/jaringan.
Menguhubungkan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping, dan dapat menurunkan terjadinya nyeri.
Meningkatkan sirkulasi, mengurangi ketegangan otot

Dapat mengindikasikan syndrome compartement, khususnya cedera traumatic.

Mengurangi nyeri/spasme otot.
 
Mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi otot, dan membantu perbaikan edema.

Dx 2: Gangguan integritas kulit berhubungan laserasi.
No.
Intervensi
Rasional
1.


2.



3.



4.




5.




6.
Kaji tanda-tanda gangguan integritas kulit: turgor, keutuhan kulit.
Lakukan perawatan tungkai sisa amputasi dengan lembut karena kulit mudah iritasi, terutama pada pasien DM.
Ganti balutan luka insisi dengan tehnik aseptik untuk mencegah infeksi dan kemungkinan osteomielitis.
Pasang balutan kompresi (perban elastik) pada sisa tungkai untuk mencegah edema yang memperbaiki peredaran darah.
Ubah posisi klien setiap 2 jam untuk mencegah terjadinya penekanan pada daerah tertentu yang dapat mempercepat iritasi kulit.
Jika luka insisi telah sembuh, ajarkan pasien perawatan tungkai sisa.
Dapat membantu menentukan intervensi yang akan dilakukan.
Perawatan tungkai sisa yang baik dapat mempercepat kesembuhan.

Perawatan dengan tejnik aseptik dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Mengurangi edema dan memperbaiki sirkulasi darah pada sisa tungkai.


Penekanan pada daerah tertentu dapat menyebabkan iritasi pada kulit.


Memudahkan pasien melakukan perawatan secara mandiri.

Dx 3: Gangguan harga diri/citra diri, penampilan peran berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.
No
Intervensi
Rasional

1.








2.



3.






4.



5.







6.










7.






8.






9.





10.
Mandiri
pertimbangkan persiapan klien dan pandangannya terhadap amputasi.






Dorong klien mengekspresikan, perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.
Beri penguatan informasi pascaoperasi termasuk tipe/lokasi amputasi, harapan setelah operasi, tindakan setelah operasi termasuk control nyeri dan rehabilitasi.

Kaji system pendukung (support system) dukungan orang lain yang ada untuk klien.
Diskusikan presepsi klien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana klien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.


Dorong partisipasi klien dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/ merawat sissa tungkai (punting), dan menunjukkan tanda positif penyembuhan.





Dorong/ berikan kunjungan oleh orang yang telah diamputasi, khususnya yang telah berhasil dalam rehabilitasi.


Berikan lingkungan yang terbuka pada klien untuk mendiskusikan masalah tentang seksuslitas.



Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan hal negative dari diri, menyangkal atau terus menerus melihat perubahan nyata (amputasi).
Kolaborasi
Diskusikan tersedianya berbagai sumber misalnya konseling psikiatrik/seksual dan terapi kejujuran.

Klien yang memandang amputasi sebagai rekonstruksi hidup akan menerima diri yang baru dengan cepat. Klien dengan amputasi traumatik mempertimbangkan amputasi sebagai kegagalan dan berada pada resiko tinggi gangguan konsep diri.
Ekspresi perasaan membantu klien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.
Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.
Dukungan yang cukup dari orang yang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi.
Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. Sebagai contoh takut kehilangan kemandirian, kemempuan bekerja dan sebagainya.
Meningkatkan kemandirian dan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan sisa tungkai dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan betahun-tahun. Melihat sisa tungkai dan mendengar pernyataan positif dapat membantu klien dalam penerimaan.
Teman senasib yang telah mengalami hal yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan, juga harapan untuk pemulihan dan masa depan normal.
Meningkatkan pernyataan keyakinan/ nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/ mitos yang  dapat memengaruhi penilaian situasi.
Mengidentifikasi tahap berduka/ kebutuhan untuk intervensi.



Membantu adaptasi lanjut yang optimal dan rehabilitasi.

Dx 4: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
No
Intervensi
Rasional

1.






2.


3.




4.


5.

6.





7.






8.




9.




10.




11.






12.
Mandiri
Berikan perawatan puntung secara teratur, misal inspeksi area, bersihkan dan keringkan dan tutup kembali puntung dengan balutan elestis.

  
Segera tinggikan gips, bila gips berubah posisi.

Bantu latihan rentang gerak khususnya area yang sakit dan mulai sedini mungkin pascaoperasi.

Dorong latihan aktif/isometric untuk paha atas dan lengan.

 Berikan gulungan pada paha sesuai indikasi.
Anjurkan klien untuk berbaring posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas.
Waspadai tekanan bantal dibawah ekstremitas terhadap puntung untuk menggantung secara dependen disamping tempat tidur atau kursi.


Tunjukkan/bantu ambulasi dan penggunaan alat mobilitas, misalnya kruk atau walker.


Bantu dengan ambulasi.




Bantu klien melanjutkan latihan otot preoperasi sesuai kemampuan .

Kolaborasi
Rujuk ketim rehabilitasi, misalnya ahli terapi fisik/fisioterapi.




Berikan tempat tidur busa.

Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan komplikasi. Penutupan puntung mengontrol edema dan membantu pembentukan puntung.
Edema terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat terhambat.
Mencegah kontraktur, perubahan bentuk yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat penggunaan protese.
Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ambulasi.
Mencegah rotasi ekstrenal puntung tungkai.
Menguatkan otot ekstensor dan mencegah kontraktur fleksi pada panggul.



Pengguanaan bantal dapat menyebabkan kontraktur fleksi permanen pada panggul dan posisi dependen puntung mengganggu aliran vena dan dapat meningkatkan pembentukan edema.
Membantu perawatan diri dan kemandirian klien. Teknik pemindahan atau ambulasi yang dapat mencegah cedera abrasi.
Menurunkan resiko cedera. Ambulasi setelah amputasi tungkai bawah bergantung pada waktu pemasangan protese.
Membantu meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian tubuh.

Memberikan bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan kekuatan individu serta mengidentifikasi mobilitas fungsional, membantu meningkatkan kemandirian.
Menurunkan tekanan pada kulit/jaringan yang dapat mengganggu sirkulasi, resiko iskemia/kerusakan jaringan.

Dx 5: Resti infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatic).
No
Intervensi
Rasional

1.


2.





3.




4.


5.




6.



7.

8.
Mandiri
Pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/merawat luka.
Inspeksi balutan dan luka, perhatian karakteristik drainase.



Pertahankan patensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.


Tutup balutan dengan plastic bila klien menggunakan pispot atau bila terjadi inkontinensia.
Buka puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah pembalutan bila ada indikasi.

Awasi tanda vital.


Kolaborasi
Kultur luka/drainase dengan tepat.
Berikan antibiotic sesuai indikasi.

Meminimal kesempatan introduksi bakteri.

Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius (missal osteomielitis).
Hemovac, drain Jackson-Pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyembuhan luka dan mengurangi resiko infeksi.
Mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai.

Mempertahankan kebersihan, meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan kulit yang lunak/kulit rapuh.
Peningkatan suhu dan takikardi dapat menunjukkan terjadinya sepsis.

Mengidentifikasi adanya infeksi/organisme khusus.
Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara profilaksis atau terapi antibiotic mungkin disesuaikan terhadap organisme penyebab.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002),ed 8 vol.3 EGC. Jakarta
Suratun, dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008. EGC. Jakarta.

1 komentar:

  1. 1xBet korean - Legalbet
    1xbet 제왕카지노 korean Sports 1xbet Betting Odds 메리트 카지노 쿠폰 and Live Streaming Information and Bet on Horse Racing and European Football Betting.

    BalasHapus