Pages

Rabu, 06 Februari 2013

ASKEP GIPS

1.      Definisi
Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang.
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips adalah klien dislokasi sendi, fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dan lain-lain.
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.
2.      Jenis-jenis Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalan gips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
a.  Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
c.    Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
d.  Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
e.   Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan
f.      Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh
g.   Gips spika. gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda)
h.      Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
i.       Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda)
3.      Bahan-Bahan Gips
a.       Plester.
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b.      Nonplester.
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c.     Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
4.      Indikasi Pemasangan Gips
a.     Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
b.     Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang belakang.
c.   Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
d.   Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
e.      Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
f.    Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
g.      Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles.
h.      Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.
5.      Pemasangan Gips
Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips:
1)      Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2)      Baskom berisi air hangat
3)      Gunting perban
4)      Bengkok
5)      perlak dan alasnya
6)      Waslap/duk
7)      pemotong gips
8)      kasa dalam tempatnya
9)      alat cukur
10)  sabun dalam tempatnya
11)  handuk
12)  krim kulit
13)  spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
14)  padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

Teknik pemasangan gips, yaitu:
Tindakan
Rasional
1) Siapkan klien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan.


2) Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips
3)  Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit (bila perlu).
4)  Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.


5)  Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama prosedur.

6)      Pasang duk pada klien.


7)      Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat.
8)      Balutkan gulungan bantalan tanpa rajutan dengan rata dan halus sepanjang bagian yang di gips. Tambahkan bantalan didaerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf (mis: caput fibula)
9)      Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
10)  Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips.
11)  Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.
12)  Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.



13)  Tanyakan pada klien jika hal ini menyebabkan ketidak nyamanan atau nyeri.

14)  Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan klien.
1) Membuat pasien mengerti akan prosedur tindakan yang akan dilakukan sehingga dapat mengurangi cemas.
2) Membantu agar tindkana berjalan dengan mudah.
3) Membuat permukaan yang akan dipasang gips lembab, bersih, sehingga pemasangan gips tidak akan merusak integritas kulit klien.

4) Meminimalkan gerakan, mempertahankan reduksi dan kesegarisan, meningkatkan kenyamanan.
5)  Memungkinkan pemasangan gips yang baik, mengurangi insidensi komplikasi (mis : malunion, nonunion, kontraktur)
6)   Menghindari pajanan yang tidak perlu, melindungi bagian badan lain terhadap kontak dengan bahan gips.
7)      Melindungi kulit dari bahan gips, melindingi dari tekanan, lipatan diatas tepi gips; menciptakan tepi bantalan lembut, melindungi kulit dari abrasi.
8)      Melindungi kulit dari tekanan gips, melindungi kulit pada tonjolan tulang, dan melindungi saraf superfissial.


9)      Membuat gips menjadi lembut, solid dengan kontur yang baik, memungkinkan pemasangan yang lembut. Membuat gips yang lembut, solid, dan mengimobilisasi. Serta membuat gips sedemikian rupa sehingga dapat memberi dukungan yang adekuat serta dapat memperkuat gips.


10)  Melindungi kulit dari abrasi. Menjamin kisaran gerakan sendi disekitarnya.
11)  Menjaga agar partikel tidak lepas dan masuk kebawah gips.
12)  Bahan gips mengeras dalam beberapa menit. Kekerasan maksimal gips sintesis terjadi dalam beberapa menit. Kekerasan maksimal pada gips terjadi bersama pengeringan (24-72 jam) bergantung pada tebalnya gips dan lingkungan. Mencegah lekukan dan daerah tekanan.
13)  Mengobservasi adakah efek yang ditimbulkan gips pada pasien yang mengganggu kenyamanan pasien, sehingga dapat melakukan intervensi.
14)  Sebagai catatan/pegangan untuk perawat.

Pelepasan Gips
Alat yang di gunakan untuk pelepasan gips
1)      Gergaji listrik/pemotong gips
2)      Gergaji kecil manual
3)      Gunting besar
4)      Baskom berisi air hangat
5)      Gunting perban
6)      Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka
7)      Sabun dalam tempatnya
8)      Handuk
9)      Perlak dan alasnya
10)  Waslap
11)  Krim atau minyak
Teknik pelepasan gips, antara lain:
Prosedur
Rasional
1)      Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.

2)      Yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit
3) Gips akan di belah dengan menggunakan tekanan berganti-ganti dan gerakan linear pisau sepanjang garis potongan.
4)      Gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips.


5)    Potong bantalan gips dengan gunting
6)      Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas
7) Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak.
8)      Berikan informasi pada klien untuk tidak menggosok dan menggaruk kulit.
9) Ajarkan klien secara bertahap melakukan aktifitas tubuh sesuai program terapi.


10)  Ajarkan klien untuk mengontrol pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas atau menggunakan balutan elastis bila perlu.
1) Meningkatkan kerja sama dan  mengurangi kecemasan akan prosedur.
2)      Mengurangi ansietas (pisau berosilasi untuk memotong gips).
3) Membelah gips, mencegah rasa terbakar akibat kontak lama antara pisau osilasi dan bantalan.


4)  Melindungi mata dari bakteri gips yang bertebaran. Dan melindungi cedera mata dari hasil potongan gips yang mungkin ada.
5)      Membebaskan semua bahan gips.
6)      Mengurangi stres pada nbagian tubuh yang telah di imobilisasi.
7) Mengangkat kulit mati yang telah menumpuk selamam imobilisasi. Menjaga kulit agar tetap kenyal.
8)      Mencegah kerusakan kulit.


9) Melindungi bagian yang menjadi lemah akibat stres yang berlebihan. Latihan progresif dapat mengurangi kekakuan serta mengembalikan kekuatan dan fungsi otot.
10) Memperbaiki peredaran darah (misalnya aliran vena balik) dan mengontrol penggumpalan cairan.

   diperhatikan dalam Pemasangan Gips, yaitu :
  1. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
  2. Gips patah tidak bisa digunakan.
  3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
  4. Jangan merusak / menekan gips.
  5. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
  6. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
6.      Kelebihan dan Kekurangan Pemasangan Gips 
Kelebihan Pemasangan Gips :
1)      Mudah didapatkan.
2)      Murah dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
3)      Dapat diganti setiap saat.
4)      Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
5)    Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka selama imobiliasi.
6)      Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
7)  Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan walaupun gips terpasang.
8)      Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.
Kekurangan Pemasangan Gips
1)   Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh darah, saraf atau tulang itu sendiri.
2)  Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi.
3)      Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
4)      Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.

Perawatan Gips
1)      Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan gips.
2)      Setelah pemasangan gips harus dilakukan pemantauan yang teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.
3)      Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.
 

7.      Asuhan Keperawatan Klien yang Terpasang Gips
1.      Pengkajian
Pengkajian secara umum perlu di lakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda, status emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian tubuh yang akan di pasang gips. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips meliputi status neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar , dan adanya abrasi. Data yang perlu di kaji klien setelah gips di pasang meliputi:
1)   Data subyektif: adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak, dan rasa panas pada daerah yang di pasang gips
2)   Data obyektif: apakah ada luka di bagian yang akan digips. Misalnya luka operasi, luka akibat patah tulang; apakah ada sianosis; apakah ada pendarahan ;apakah ada iritasi kulit;apakah atau bau atau cairan yang keluar dari bagian dari bagian tubuh yang di gips.
2.      Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian , diagnosis keperawatan utama pada klien yang menggunakan gips meliputi:
1)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.
2)    Nyeri  berhubungan dengan terpasangnya gips,gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan perifer.
3)    Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
4)  Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor resiko respons fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi.
5) Kurangnya pengetahuan (tentang pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang diprogramkan) berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien
3.      Intervensi keperawatan
1)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.
Tujuan : pasien dapat melakukan mobilisasi sesuai kemampuan.
Kriteria hasil :
·         Melakukan latihan sendi dan jari-jari.
·         Pertisipasi aktif dalam perawatan.
·         Menggunakan alat bantu dengan aman
Intervensi
Rasional
1. Kaji derajat imobilitas dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.


2.      Bantu klien untuk latihan sendi  yang tidak di imobilisasi.
3.  Bantu klien lakukan latihan jari-jari kaki bila klien dipasang gips tungkai.
4.      Dorong klien untuk partisipasi aktif dalam perawatan diri.



5.      Ubah posisi secara periodik.

6. Bantu klien dalam mobilisasi dengan alat bantu secara aman.


7.      Kolaborasi : konsul dengan ahli treapi fisik atau rehabilitasi spesialis.
1. Pasien mungkin dibatasi oleh persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2.      Menghindari kekakuan sendi pada daerah yang tidak terpasang gips.
3. Mencegah terjadinya kekakuan pada bagian yang terpasang  gips.

4.  Meningkatan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam sirkulasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
5. Mencegah/menurunkan  insiden komplikasi kulit.
6. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
7.      Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang.

2)      Nyeri  berhubungan dengan terpasangnya gips, gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan.
Tujuan : nyeri terkontrol.
Kriteria hasil:
·         Meninggikan ekstremitas yang di gips.
·         Merubah posisi
·         Menggunakan analgetik oral bila diperlukan.
Intervensi
Rasional
1. Kaji nyeri secara hati-hati; mengenai lokasi, sifat, skala dan intensitas nyeri.
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.

3. Anjurkan/bantu klien untuk meninggikan ektremitas ynag terpasang gips.
4.      Bantu klien untuk merubah posisi daerah yang tidak terpasang gips.

5.      Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
6. Tindak lanjuti nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan peninggian, kompres dan kolaborasi penggunaan analgetik
1.  Untuk mengetahui intensitas nyeri dan pemilihan intervensi selanjutnya.
2.   Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi /tegangan jaringan yang terpasang gips.
3. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri.
4.      Menghindari kekakuan pada daerah lain sehingga menyebabkan nyeri pada daerah lain.
5. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkann rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam maanajemen nyeri.
6.    Kompres dapat menurunkan sensasi nyeri. Analgetik diperlukan untuk menurunkan nyeri.

3)      Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
Tujuan : Intergritas kulit klien
Kriteria hasil :
·         Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
·       Tidak memperlihatkan tanda infeksi lokal misalnya cairan, bau, dan ketidaknyamanan lokal.
·         Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
Intervensi
Rasional
1.      Lakukan perawatan laserasi dan abrasi, sebelum pemasangan gips.
2.      Bersihkan kulit dengan seksama dan lakukan perawatan sesuai anjuran dokter, gunakan balutan steril
3.  Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin.


4.      Observasi adanya tanda infeksi sistemik : dari bau gips, cairan purulent yang mengotori gips.

5.    Kolaborasi : Informasikan kepada tim medis terhadap apa yang sudah terjadi/ apabila infeksi terjadi.
1.  Mencegah kerusakan integritas kulit selama terpasang gips.

2. Mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada daerah yang terpasang gips. Terutama bagi fraktur yang terbuka.
3.  Mengurangi tekanan konstan pada daerah yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit. Trapeze dapat menurunkan abrasi.
4. Adanya infeksi dapat menyebabkan osteomielitis jika tidak tertanggulangi dengan segera.
5.  Membantu untuk menindak-lanjuti infeksi sehingga tidak memperparah keaddaan pasien.

4)        Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor resiko respons fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi
Tujuan : Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
Kriteria Hasil :
·         Memperlihatkan warna kulit yang normal
·         Mengalami pembengkakan minimal
·         Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
·         Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki
·         Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji aliran kapiler ekstremitas yang dipasang gips, bandingkan dengan sebelahnya.


2.      Kaji status neurologis secara sering dan teratur.

3.      Tinggikan daerah yang terpasang gips.


4.      Pantau ekstremitas yang terkena mengenai adanya nyeri, pembengkakan, perubahan warna, parestase, denyut yang hilang, paralisis, dan suhu dingin.
5.      Dorong klien untuk menggerakkan jari tangan dan kakinya setiap jam. Minta klien untuk melakukan dorsofleksi ibujari kaki.
6.      Laporkan ke tim medis bila ada nyeri progresif yang tidak dapat di obati dengan pemberian analgetik
1.      Kembalinya warna kulit harus cepat (3-5 detik). Warna kulit yang pucat menunjukkan gangguan arterial.sianosis diduga ada gangguan vena.
2.      Tidak adekuatnya perfusi jaringan dapat juga ditandai dengan penurunan status neurologis.
3.      Meningkatkan aliran balik vena.pembengkakan dan edema cenderung terjadi setelah pengangkatan gips.
4.      Menunjukkan adanya iskemia pada jaringan yang terpasang gips.



5.      Membantu untuk melancarkan perfusi jaringan pada daerah perifer yang terpasang gips.

 6.      Gangguan aliran darah dan iskemia yang parah perlu intervensi darurat untuk menghilangkan tekanan dan memperbaiki sirkulasi.

5)      Kurangnya pengetahuan (tentang pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang diprogramkan) berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien
Kriteria hasil :
·         meninggikan ekstremitas yang terkena
·         berlatih sesuai intruksi
·         Menjaga gips tetap kering
·         Melaporkan setiap masalah yang timbul
·         Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dgn dokter.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
2.      Berikan informasi mengenai masalah patologik, tujuan, dan harapan program yang diberikan.
3.      Jelaskan tentang antisipasi adanya gangguan rasa nyaman, misalnya panas akibat reaksi pengerasan gips.
4.      Sampaikan bahwa bagian yang di gips tidak dapat digerakkan selama gips masih terpasang.
5.      Diskusikan intruksi pasca pengangkatan gips misalnya ; informasikan klien bahwa kulit dibawah gips secara umum lembab dan tertutup, informasikan juga bahwa otot akan kelihatan lembek/atrofi.
1. Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan keluarga sehingga dapat mengurangi ansietas.


2. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat mebuat pilihan informasi.
3.   Mengurangi ansietas yang diderita pasien akibat ketidaktahuan klien tentang gips.

4. Mencegah terjadinya cedera / memperlambat penyembuhan.

5. Mengurangi ansietas klien atas keadaan setelah pengangkatan gips. Kulit memerlukan waktu yang lama untuk kembali ke penampilan normal. Kekuatan otot akan menurun akibat lama tidak digerakkan.


4.      Evaluasi hasil yang diharapkan
1.    Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
a.    mempergunakan alat bantu yang aman
b.    berlatih untuk meningkatkan kekuatan
c.    Mengubah posisi sesering mungkin
d.   melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
2.    Melaporkan berkurangnya nyeri
a.    meninggikan ekstremitas yang di gips
b.    melakukan teknik manajemen nyeri
c.    menggunakan analgetik oral
3.    Memperlihatkan penyembuhan abrasi dan laserasi
a.       tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi
b.      Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
4.    Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
a.       Memperlihatkan warna kulit yang normal
b.      Mengalami pembengkakan minimal
c.       Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
d.      Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki
e.       Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips.
5.    Klien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
a.       meninggikan eksterimitas yang terkena.
b.      berlatih sesuai intruksi
c.       Menjaga gips tetap kering.
d.      Melaporkan setiap masalah yg timbul.
e.       Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dengan dokter
f.       Tidak memperlihatkan adanya komplikasi




DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC.
Lukman, Nurnaningsih. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Suratun dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta: EGC.
Internet  (diakses pada tanggal 1 November 2012):

Tidak ada komentar:

Posting Komentar