ASKEP GIPS
1.
Definisi
Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris
disebut plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan
mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium
sulfat dan air. Gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur
tubuh tempat gips di pasang.
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian
tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jadi gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat
di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips adalah klien
dislokasi sendi, fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi,
skliosis, spondilitis TBC, dan lain-lain.
Gips
merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat
menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan
menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan
melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas.
Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika
gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.
2. Jenis-jenis Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalan
gips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
a. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku
sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari.
b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi
lipat ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di
imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
c. Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut
sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
d. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga
atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
e. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih
kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan
f. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh
g. Gips spika. gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu
atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda)
h.
Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu
dan siku
i. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu
ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda)
3. Bahan-Bahan Gips
a.
Plester.
Gips pembalut dapat
mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk
kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi
kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku
. kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam
untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak
berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam,
perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b.
Nonplester.
Secara umum berarti gips
fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama
dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan
air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap,
diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya
hanya dalam beberapa menit.
c. Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari .
gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro
terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
4.
Indikasi
Pemasangan Gips
a. Untuk pertolongan pertama pada
faktur (berfungsi sebagai bidal).
b. Imobilisasi sementara untuk
mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis
tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang
belakang.
c. Sebagai pengobatan definitif untuk
imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang
dewasa.
d. Mengoreksi deformitas pada kelainan
bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi
lutut oleh karena berbagai sebab.
e. Imobilisasi untuk mencegah fraktur
patologis.
f. Imobilisasi untuk memberikan
kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi misalnya pada
artrodesis.
g. Imobilisas setelah operasi pada
tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles.
h. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan
untuk pembuatan bidai atau protesa.
5. Pemasangan Gips
Persiapan alat –alat untuk
pemasangan gips:
1)
Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di
gips
2)
Baskom berisi air hangat
3)
Gunting perban
4)
Bengkok
5)
perlak dan alasnya
6)
Waslap/duk
7)
pemotong gips
8)
kasa dalam tempatnya
9)
alat cukur
10) sabun dalam tempatnya
11) handuk
12) krim kulit
13) spons rubs ( terbuat dari
bahan yang menyerap keringat)
14)
padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
Teknik
pemasangan gips, yaitu:
Tindakan
|
Rasional
|
1) Siapkan klien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan.
2) Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips
3) Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci
dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit (bila
perlu).
4) Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
5) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi
yang di tentukan dokter selama prosedur.
6)
Pasang duk pada klien.
7)
Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian
tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak
mengikat.
8)
Balutkan gulungan bantalan tanpa rajutan dengan rata dan halus
sepanjang bagian yang di gips. Tambahkan bantalan didaerah tonjolan tulang
dan pada jalur saraf (mis: caput fibula)
9)
Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips
secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau
ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar
terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Lakukan dengan gerakan yang
bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
10) Setelah pemasangan,
haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips.
11) Bersihkan Partikel bahan
gips dari kulit yang terpasang gips.
12)
Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak
tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips.
13) Tanyakan
pada klien jika hal ini menyebabkan ketidak nyamanan atau nyeri.
14) Mendokumentasikan
prosedur dan respons klien pada catatan klien.
|
1) Membuat
pasien mengerti akan prosedur tindakan yang akan dilakukan sehingga dapat
mengurangi cemas.
2) Membantu
agar tindkana berjalan dengan mudah.
3) Membuat permukaan
yang akan dipasang gips lembab, bersih, sehingga pemasangan gips tidak akan
merusak integritas kulit klien.
4) Meminimalkan gerakan, mempertahankan reduksi dan kesegarisan, meningkatkan kenyamanan.
5) Memungkinkan
pemasangan gips yang baik, mengurangi insidensi komplikasi (mis : malunion,
nonunion, kontraktur)
6) Menghindari
pajanan yang tidak perlu, melindungi bagian badan lain terhadap kontak dengan
bahan gips.
7)
Melindungi
kulit dari bahan gips, melindingi dari tekanan, lipatan diatas tepi gips;
menciptakan tepi bantalan lembut, melindungi kulit dari abrasi.
8)
Melindungi
kulit dari tekanan gips, melindungi kulit pada tonjolan tulang, dan
melindungi saraf superfissial.
9)
Membuat
gips menjadi lembut, solid dengan kontur yang baik, memungkinkan pemasangan
yang lembut. Membuat gips yang lembut, solid, dan mengimobilisasi. Serta
membuat gips sedemikian rupa sehingga dapat memberi dukungan yang adekuat
serta dapat memperkuat gips.
10) Melindungi kulit dari abrasi. Menjamin kisaran gerakan sendi
disekitarnya.
11) Menjaga agar partikel tidak lepas dan masuk kebawah gips.
12) Bahan gips mengeras dalam beberapa menit. Kekerasan maksimal
gips sintesis terjadi dalam beberapa menit. Kekerasan maksimal pada gips
terjadi bersama pengeringan (24-72 jam) bergantung pada tebalnya gips dan
lingkungan. Mencegah lekukan dan daerah tekanan.
13) Mengobservasi adakah efek yang ditimbulkan gips pada pasien yang
mengganggu kenyamanan pasien, sehingga dapat melakukan intervensi.
14) Sebagai catatan/pegangan untuk perawat.
|
Pelepasan Gips
Alat yang di gunakan untuk
pelepasan gips
1)
Gergaji listrik/pemotong gips
2)
Gergaji kecil manual
3)
Gunting besar
4)
Baskom berisi air hangat
5)
Gunting perban
6)
Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka
7)
Sabun dalam tempatnya
8)
Handuk
9)
Perlak dan alasnya
10) Waslap
11) Krim atau minyak
Teknik
pelepasan gips, antara lain:
Prosedur
|
Rasional
|
1)
Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
2)
Yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak
akan mengenai kulit
3) Gips akan di belah dengan menggunakan tekanan berganti-ganti dan
gerakan linear pisau sepanjang garis potongan.
4)
Gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips.
5) Potong bantalan gips dengan gunting
6)
Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas
7) Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut
oleskan krim atau minyak.
8)
Berikan informasi pada klien untuk tidak menggosok dan menggaruk
kulit.
9) Ajarkan klien secara bertahap melakukan aktifitas tubuh sesuai
program terapi.
10)
Ajarkan klien untuk mengontrol pembengkakan dengan meninggikan
ekstremitas atau menggunakan balutan elastis bila perlu.
|
1) Meningkatkan kerja sama dan mengurangi kecemasan akan prosedur.
2)
Mengurangi ansietas (pisau berosilasi untuk memotong gips).
3) Membelah gips, mencegah rasa terbakar akibat kontak lama antara
pisau osilasi dan bantalan.
4) Melindungi mata dari bakteri gips yang bertebaran. Dan
melindungi cedera mata dari hasil potongan gips yang mungkin ada.
5)
Membebaskan semua bahan gips.
6)
Mengurangi stres pada nbagian tubuh yang telah di imobilisasi.
7) Mengangkat kulit mati yang telah menumpuk selamam imobilisasi.
Menjaga kulit agar tetap kenyal.
8)
Mencegah kerusakan kulit.
9) Melindungi bagian yang menjadi lemah akibat stres yang
berlebihan. Latihan progresif dapat mengurangi kekakuan serta mengembalikan
kekuatan dan fungsi otot.
10) Memperbaiki peredaran darah (misalnya aliran vena balik) dan
mengontrol penggumpalan cairan.
|
diperhatikan
dalam Pemasangan Gips, yaitu :
- Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
- Gips patah tidak bisa digunakan.
- Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
- Jangan merusak / menekan gips.
- Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
- Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
6.
Kelebihan
dan Kekurangan Pemasangan Gips
Kelebihan Pemasangan Gips :
1)
Mudah didapatkan.
2)
Murah dan mudah dipergunakan oleh
setiap dokter.
3)
Dapat diganti setiap saat.
4)
Dapat dipasang dan dibuat cetakan
sesuai bentuk anggota gerak.
5) Dapat dibuat jendela/lubang pada
gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka selama imobiliasi.
6)
Koreksi secara bertahap jaringan
lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
7) Gips bersifat rediolusen sehingga
pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan walaupun gips terpasang.
8)
Merupakan terapi konservatif pilihan
untuk menghindari operasi.
Kekurangan
Pemasangan Gips
1) Pemasangan gips yang ketat akan
memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh darah, saraf atau tulang itu
sendiri.
2) Pemasangan yang lama dapat
menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi.
3)
Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
4)
Berat dan tidak nyaman dipakai oleh
penderita.
Perawatan Gips
2) Setelah pemasangan gips harus dilakukan pemantauan yang teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.
3) Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.
7.
Asuhan
Keperawatan Klien yang Terpasang Gips
1. Pengkajian
Pengkajian secara
umum perlu di lakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda, status
emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian tubuh yang akan
di pasang gips. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips meliputi status
neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar , dan adanya abrasi. Data yang perlu
di kaji klien setelah gips di pasang meliputi:
1) Data subyektif: adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak,
dan rasa panas pada daerah yang di pasang gips
2) Data obyektif: apakah ada luka di bagian yang akan digips.
Misalnya luka operasi, luka akibat patah tulang; apakah ada sianosis; apakah
ada pendarahan ;apakah ada iritasi kulit;apakah atau bau atau cairan yang
keluar dari bagian dari bagian tubuh yang di gips.
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian
, diagnosis keperawatan utama pada klien yang menggunakan gips meliputi:
1)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.
2) Nyeri berhubungan dengan
terpasangnya gips,gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan perifer.
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan
akibat pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
4) Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor
resiko respons fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi.
5) Kurangnya pengetahuan (tentang
pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang diprogramkan) berhubungan dengan
kurangnya informasi yang akurat pada klien
3. Intervensi
keperawatan
1)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.
Tujuan : pasien dapat melakukan
mobilisasi sesuai kemampuan.
Kriteria hasil :
·
Melakukan
latihan sendi dan jari-jari.
·
Pertisipasi
aktif dalam perawatan.
·
Menggunakan
alat bantu dengan aman
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
derajat imobilitas dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
3. Bantu
klien lakukan latihan jari-jari kaki bila klien dipasang gips tungkai.
4.
Dorong
klien untuk partisipasi aktif dalam perawatan diri.
5.
Ubah
posisi secara periodik.
6. Bantu
klien dalam mobilisasi dengan alat bantu secara aman.
7.
Kolaborasi
: konsul dengan ahli treapi fisik atau rehabilitasi spesialis.
|
1. Pasien
mungkin dibatasi oleh persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual,
memerlukan informasi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2.
Menghindari
kekakuan sendi pada daerah yang tidak terpasang gips.
3. Mencegah
terjadinya kekakuan pada bagian yang terpasang gips.
4. Meningkatan
kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam sirkulasi, dan
meningkatkan kesehatan diri langsung.
5. Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit.
6. Mobilisasi
dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan kesehatan diri
langsung.
7.
Berguna
dalam membuat aktivitas individual/program latihan. pasien dapat memerlukan
bantuan jangka panjang.
|
2)
Nyeri berhubungan dengan
terpasangnya gips, gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan.
Tujuan : nyeri terkontrol.
Kriteria hasil:
·
Meninggikan ekstremitas yang di gips.
·
Merubah posisi
·
Menggunakan analgetik oral bila diperlukan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji nyeri secara hati-hati; mengenai lokasi, sifat, skala dan
intensitas nyeri.
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
3. Anjurkan/bantu klien untuk meninggikan ektremitas ynag terpasang
gips.
4.
Bantu klien untuk merubah posisi daerah yang tidak terpasang
gips.
5.
Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh :
relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
6. Tindak lanjuti nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan
peninggian, kompres dan kolaborasi penggunaan analgetik
|
1. Untuk mengetahui intensitas nyeri dan pemilihan intervensi
selanjutnya.
2. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi /tegangan
jaringan yang terpasang gips.
3. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan
nyeri.
4.
Menghindari kekakuan pada daerah lain sehingga menyebabkan nyeri
pada daerah lain.
5. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkann rasa kontrol, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping dalam maanajemen nyeri.
6. Kompres dapat menurunkan sensasi nyeri. Analgetik diperlukan
untuk menurunkan nyeri.
|
3)
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya
penekanan akibat pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
Tujuan : Intergritas kulit
klien
Kriteria hasil :
·
Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
· Tidak memperlihatkan tanda infeksi lokal misalnya cairan, bau, dan
ketidaknyamanan lokal.
·
Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Lakukan perawatan laserasi dan abrasi, sebelum pemasangan gips.
2.
Bersihkan kulit dengan seksama dan lakukan perawatan sesuai
anjuran dokter, gunakan balutan steril
3. Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila
mungkin.
4.
Observasi adanya tanda infeksi sistemik : dari bau gips, cairan
purulent yang mengotori gips.
5. Kolaborasi : Informasikan kepada tim medis terhadap apa yang
sudah terjadi/ apabila infeksi terjadi.
|
1.
Mencegah kerusakan integritas kulit selama terpasang gips.
2. Mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada daerah yang
terpasang gips. Terutama bagi fraktur yang terbuka.
3.
Mengurangi tekanan konstan pada daerah yang sama dan
meminimalkan resiko kerusakan kulit. Trapeze dapat menurunkan abrasi.
4. Adanya infeksi dapat menyebabkan osteomielitis jika tidak
tertanggulangi dengan segera.
5.
Membantu untuk menindak-lanjuti infeksi sehingga tidak
memperparah keaddaan pasien.
|
4)
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor
resiko respons fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi
Tujuan
: Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
Kriteria
Hasil :
·
Memperlihatkan warna kulit yang normal
·
Mengalami pembengkakan minimal
·
Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang
adekuat
·
Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan
kaki
·
Melaporkan sensasi normal pada bagian yang
digips.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
aliran kapiler ekstremitas yang dipasang gips, bandingkan dengan sebelahnya.
2. Kaji
status neurologis secara sering dan teratur.
3. Tinggikan
daerah yang terpasang gips.
4. Pantau
ekstremitas yang terkena mengenai adanya nyeri, pembengkakan, perubahan
warna, parestase, denyut yang hilang, paralisis, dan suhu dingin.
5. Dorong
klien untuk menggerakkan jari tangan dan kakinya setiap jam. Minta klien
untuk melakukan dorsofleksi ibujari kaki.
6. Laporkan
ke tim medis bila ada nyeri progresif yang tidak dapat di obati dengan
pemberian analgetik
|
1. Kembalinya
warna kulit harus cepat (3-5 detik). Warna kulit yang pucat menunjukkan
gangguan arterial.sianosis diduga ada gangguan vena.
2. Tidak
adekuatnya perfusi jaringan dapat juga ditandai dengan penurunan status neurologis.
3. Meningkatkan
aliran balik vena.pembengkakan dan edema cenderung terjadi setelah
pengangkatan gips.
4. Menunjukkan
adanya iskemia pada jaringan yang terpasang gips.
5. Membantu
untuk melancarkan perfusi jaringan pada daerah perifer yang terpasang gips.
6. Gangguan
aliran darah dan iskemia yang parah perlu intervensi darurat untuk
menghilangkan tekanan dan memperbaiki sirkulasi.
|
5) Kurangnya
pengetahuan (tentang pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang diprogramkan)
berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien
Kriteria hasil :
·
meninggikan ekstremitas yang terkena
·
berlatih sesuai intruksi
·
Menjaga gips tetap kering
·
Melaporkan setiap masalah yang timbul
·
Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian
dgn dokter.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
2.
Berikan informasi
mengenai masalah patologik, tujuan, dan harapan program yang diberikan.
3.
Jelaskan tentang
antisipasi adanya gangguan rasa nyaman, misalnya panas akibat reaksi
pengerasan gips.
4.
Sampaikan bahwa
bagian yang di gips tidak dapat digerakkan selama gips masih terpasang.
5.
Diskusikan intruksi
pasca pengangkatan gips misalnya ; informasikan klien bahwa kulit dibawah
gips secara umum lembab dan tertutup, informasikan juga bahwa otot akan
kelihatan lembek/atrofi.
|
1. Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan
keluarga sehingga dapat mengurangi ansietas.
2. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat mebuat pilihan informasi.
3. Mengurangi ansietas yang diderita pasien
akibat ketidaktahuan klien tentang gips.
4. Mencegah terjadinya cedera /
memperlambat penyembuhan.
5. Mengurangi ansietas klien atas keadaan setelah
pengangkatan gips. Kulit memerlukan waktu yang lama untuk kembali ke
penampilan normal. Kekuatan otot akan menurun akibat lama tidak digerakkan.
|
4.
Evaluasi hasil yang diharapkan
1. Memperlihatkan
peningkatan kemampuan mobilitas
a. mempergunakan
alat bantu yang aman
b. berlatih
untuk meningkatkan kekuatan
c. Mengubah
posisi sesering mungkin
d. melakukan
latihan sesuai kisaran
gerakan sendi yang tidak tertutup gips
2. Melaporkan
berkurangnya nyeri
a. meninggikan
ekstremitas yang di gips
b. melakukan teknik manajemen nyeri
c. menggunakan
analgetik oral
3. Memperlihatkan
penyembuhan abrasi dan laserasi
a. tidak
memperlihatkan tanda dan gejala infeksi
b. Memperlihatkan
kulit yang utuh saat gips dibuka
4. Terjaganya
peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
a. Memperlihatkan
warna kulit yang normal
b. Mengalami
pembengkakan minimal
c. Mampu
memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
d. Memperlihatkan
gerakan aktif jari tangan dan kaki
e. Melaporkan
sensasi normal pada bagian yang digips.
5. Klien
secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
a. meninggikan
eksterimitas yang terkena.
b. berlatih
sesuai intruksi
c. Menjaga
gips tetap kering.
d. Melaporkan
setiap masalah yg timbul.
e. Tetap
melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dengan dokter
f. Tidak
memperlihatkan adanya komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn. 2000.
Rencana asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC.
Lukman, Nurnaningsih. 2009. Asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika
Suratun dkk
(2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta: EGC.
Internet
(diakses pada tanggal 1 November 2012):
Tidak ada komentar:
Posting Komentar